ANALISIS RASIO


ANALISIS    RASIO

Klik TUGAS
Seorang manajer perusahaan jasa pelayanan (hospitality industry) seperti hotel, secara rutin sangat membutuhkan informasi  yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi bisnis yang sedang dijalankan.  Informasi mengenai perkembangan keuangan perusahaan dapat diperoleh dari Laporan keuangan (Financial Statement).
Melakukan interpretasi terhadap neraca dan laporan laba rugi  akan sangat bermanfaat untuk mengetahui perkembangan keuangan perusahaan.  Interpretasi tersebut dapat disusun berdasarkan ukuran yang berupa rasio – rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi usaha dan pengambilan keputusan untuk masa yang akan datang.
Rasio Likuiditas dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan  dalam melunasi hutang – hutang jangka pendeknya.  Rasio Solvabilitas  mengukur  seberapa besar hutang jika dibandingkan  dengan harta yang dimilikinya.  Rasio Solvabilitas juga menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang – hutangnya terhadap kreditor , baik jangka pendek maupun jangka panjang.  Rasio Aktivitas menunjukkan efisiensi aktivitas penggunaan harta perusahaan dalam kegiatan usahanya.  Sedangkan Profitabilitas, merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
            Pembahasan  perhitungan – perhitungan rasio di atas kita gunakan contoh neraca dan laporan laba rugi Star Hotel  tahun 2007 dan 2008 



Balance Sheet
Star Hotel
December 31, 2007 and 2008

                 Assets

2007
2008
Current  Assets


Cash
503.000
520.000
Account Receivable (net)
190.000
160.000
Inventories
120.000
150.000
Prepaid Expenses
48.000
40.000
Total Current Assets
861.000
870.000
Invesment
50.000
50.000
Property and Equipment (net)
7.483.000
7.490.000
Total Assets
8.394.000
8.410.000

Liabilities and Owners’ Equity






Current Liabilities


Account Payable
192.000
225.000
Notes Payable
40.000
25.000
Taxes Payable
20.000
15.000
Advance deposit
30.000
50.000
Accrued Expenses
6.000
5.000
Current portion of mortgage
120.000
124.000
Total Current Liabilities
408.000
444.000



Long Term Debt – Mortgage Payable
4.120.000
4.000.000
Total Liabilities
4.528.000
4.444.000



Owners’ Equity


Commond Stock
3.312.000
3.312.000
Retained Earnings
554.000
654.000
Total Owners’ Equity
3.866.000
3.966.000
Total Liabilities and Owners’ Equity
8.394.000
8.410.000











Income Statement
Star Hotel
For Years Ended December 31, 2007 and 2008
Description
2007
2008
Total Revenue
1.430.500
2.062.000
Rooms:


Revenue
906.500
1.220.000
Payroll and related expenses
(175.500)
(295.000)
Other Direct Expenses
(95.000)
(215.000)
Departmental Income
636.000
710.000
Food and Beverage :


Revenue
512.000
817.000
Cost of Sales
(180.000)
(310.000)
Payroll and Related Expenses
(169.000)
(245.000)
Others Direct Expenses
(55.000)
(90.000)
Departmental Income
108.000
172.000
Rental and Other Income Revenue
12.000
25.000

Gross Operating Profit

756.000
907.000
Undistributed Operating Expenses


Administrative and General
100.000
90.000
Marketing
65.000
64.000
Property Operation and Maintenance
80.000
70.000
Energy Cost
105.000
80.000
Total Undistributed Operating Expenses
350.000
304.000

Income Before Fixed Charge

406.000
603.000
Fixed Charge:


Rent
0
0
Insurance
75.000
95.000
Interest
25.000
25.000
Depreciation
245.000
295.000
Total Fixed Charge

345.000
415.000

Income Before Taxes

61.000

188.000
Income Taxes
(0)
(0)

Net Income

61.000
188.000


RASIO LIKUIDITAS

            Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi atau menjamin hutang  jangka pendeknya dengan aktiva lancar.
 Sebagai contoh, apakah hutang lancar Star Hotel tahun 2008 sebesar  Rp. 870.000,- kemungkinan dapat dilunasi ?.  Beberapa rasio liquiditas dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Rasio Lancar (Current Ratio)
             
Current Ratio
=
Current Assets
=
870.000
=
1,96
Current Liabilities
444.000

                                     
Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp.1, hutang lancar, dijamin dengan Rp.1,96 aktiva lancar.   Untuk menilai apakah rasio tersebut baik atau tidak, perlu dibandingkan dengan standar rata-rata industri hotel.  Misal standar rata-rata industri  current ratio untuk hotel sebesar 2  :  1, maka rasio 1,96 : 1 lebih kecil dari 2 :  1.   Dapat disimpulkan bahwa Star Hotel kemungkinan akan kesulitan untuk melunasi hutang – hutang jangka pendeknya.
Akan tetapi, rasio tersebut tidak mutlak karena banyak hotel yang beroperasi tanpa kesulitan meskipun mempunyai current rasio di bawah 2  :  1 .  Hal tersebut dikarenakan pada umumnya aktiva lancar hotel dalam bentuk persediaan, jumlahnya relatif kecil. 
Pada perusahaan hotel, meskipun memiliki current ratio yang relatif lebih besar akan tetapi komposisi persediaannya cukup besar , justru akan menyebabkan ketidak efisienan operasional.  Jenis persediaan di hotel ( bahan makanan, minuman dan supplies) , tidak mudah di jual/dicairkan untuk membayar hutang. Bagaimana seandainya rasio ini jauh dibawah rata - rata,  kebijakan apa yang harus diambil manajemen untuk menyehatkan kondisi ini ? ( kita bahas di perkuliahan)
            
Rasio Cepat (Accid Test Ratio)
            Rasio cepat mengukur likuiditas berdasarkan aktiva lancar yang dapat secara cepat dicairkan menjadi alat pembayaran saja, yaitu Kas, Surat Berharga dan Piutang.  Dalam operasional hotel, persediaan, meskipun termasuk sebagai aktiva lancar akan tetapi  membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencairkannya menjadi kas.  

Acid Test Ratio
=
Cash + Marketable Securities  + Account Receicvable
=
520.000 + 160.000
=
1,53
Current Liabilities

444.000


            Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin dengan Rp.1,53 harta lancar yang cepat dicairkan.  Rasio tersebut dapat dinyatakan dalam angka 1,53 :  1 atau 153%.  Untuk menentukan baik tidaknya rasio ini , perlu dibandingkan dengan standar rata – rata industri. Misal, rata – rata industri acid test rasio sebesar 1  :  1 , maka 1,53 : 1 lebih besar dari 1  :  1.  Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen tidak kesulitan untuk melunasi hutang – hutang jangka pendeknya.  Acid test rasio merupakan metode yang paling sesuai untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan hotel. 

RASIO SOLVABILITAS (Solvability)

            Rasio Solvabilitas mengukur tingkat keuangan hotel yang dibiayai dengan hutang dan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. 
Secara umum, perusahaan dapat membayar atau menjamin seluruh hutangnya apabila hartanya lebih besar dibandingkan dengan seluruh hutangnya

Assets To Liabilities Ratio
            Assets to total liabilities ratio merupakan rasio perbandingan antara total harta  dengan total hutang.  Rasio ini bermanfaat untuk melihat seberapa besar harta yang dimiliki untuk menjamin seluruh hutangnya. 
                                 
Assets to Liabilities Ratio
=
Total Assets
=
8.410.000
=
1,89
Total Liabilities
4.444.000

                       
            Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap hutang sebesar Rp.1,- dijamin dengan harta (assets) sebesar Rp. 1,89,- .  Untuk menentukan baik tidaknya rasio ini perlu diperbandingkan dengan rasio rata – rata industri.  Jika rata-rata industri untuk Assets to Liabilities Ratio sebesar 2 :  1 , maka rasio 1,89 : 1   lebih kecil  dari 1,50  :  1 .  Hasil Rasio tersebut berarti bahwa harta yang dimiliki perusahaan masih belum dapat untuk  menjamin hutangnya secara penuh.   Bagaimana jika ternyata kepemilikan aset jauh lebih dari hutang atau dengan kata lain kebanyakan hutang, tindakkan apa yang harus diambil manajemen? (kita bahas di perkuliahan)

Debt To Equity Ratio
            Debt to Equity Ratio merupakan ratio total hutang terhadap modal sendiri.  Total aktiva yang dimiliki oleh hotel dapat didanai dari sumber hutang (creditor) maupun dari modal sendiri (investor/owner).  Rasio ini menggambarkan hubungan antara kedua sumber pendanaan tersebut.  Rasio ini memberikan informasi seberapa besar pembelian aktiva yang dibiayai hutang dibandingkan dengan modal sendiri.   
                                     
Debt to Equity Ratio
=
Total Liabilities
=
4.444.000
=
1,12
Total Equity
3.966.000

                                              
            Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- investasi yang dilakukan investor (pemilik), para kreditor telah menginvestasikan /mendanai sebesar Rp.1,12.  Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelian aktiva, lebih banyak dibiayai dari hutang dibandingkan dengan modal sendiri.   Untuk menentukan baik tidaknya rasio ini perlu diperbandingkan dengan rasio rata – rata industri. Jika rasio rata – rata industri sebesar  0,60 : 1 , maka 1,12  :  1  lebih besar dari  0,60  :  1.  
            Bagi kreditor, makin tinggi angka rasio ini berarti makin tinggi risiko yang dihadapi oleh para kreditor (pihak pemberi pinjaman), karena makin tinggi hutang  yang ditanggung sebuah hotel.
              

RASIO AKTIVITAS (ACTIVITY RATIO)
            Rasio aktivitas mengukur efektivitas manajemen dalam menggunakan sumber – sumber daya perusahaan.  Efektifitas manajemen dalam penggunaan sumber – sumber tersebut misalnya mempercepat pengumpulan piutang yang dapat segera digunakan untuk membiayai operasional dan pemakaian persediaan untuk menghasilkan pendapatan dari penjualan.

Tingkat Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)
            Transaksi penjualan yang dilakukan hotel sebagian besar merupakan penjualan secara kredit, sehingga piutang dalam usaha hotel merupakan aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar jika dibandingkan dengan lainnya.   Seperti yang telah dibahas dimuka mengenai likuiditas, maka kualitas piutang harus selalu dipertimbangkan.        Piutang dari penjualan secara kredit kepada tamu diharapkan dapat segera dicairkan menjadi kas.  (diasumsikan bahwa seluruh penjualan merupakan penjualan kredit,) maka Tingkat Perputaran Piutang dapat dihitung sebagai berikut :

Account Receivable Turnover
=
Total Credit Sales
=
2.062.000
=
11,78  kali
Average A. Receivable
175.000

  
Average Account Receivable
=
Beginning + Ending
=
190.000+160.000
=
175.000
2
2

                                               
              Semakin besar angka ini  atau semakin cepat perputaran, maka  akan semakin baik , karena  ada kemungkinan semakin cepat piutang dicairkan menjadi kas. Sebaliknya semakin kecil angka ini semakin lambat piutang dicairkan menjadi kas.    Jika rata – rata industri sebesar 20 kali, maka  11,78 kali lebih kecil dari 20 kali.  Hal ini menandakan bahwa manajemen belum cukup efektif dalam memanfaatkan piutang untuk membiaya operasional .  Jika rasio ini sangat rendah , bisa jadi manajemen kesulitan keuangan , lalu langkah apa yang harus diambil oleh manajemen untuk memperbaiki kondisi ini? ( kita bahas di perkuliahan)

Rata – rata Periode Penagihan (Average Collection Periode)
            Average Collection Periode  merupakan waktu rata – rata suatu piutang dapat dicairkan menjadi kas.  Pada contoh di atas,  rata – rata piutang diperoleh sebesar Rp.175.000,-.  

Average Collection Period
=
365 days
=
365
=
30 days
A/R Turnover
11,78

Average collection period atau   rata – rata periode penagihan sebesar 30 hari menunjukkan bahwa rata – rata piutang Star Hotel sebesar Rp.170.000,- dapat ditagihkan ( dicairkan menjadi kas)  dalam 30 hari.

Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)
            Tingkat perputaran persediaan atau inventory turnover , mengukur seberapa cepat persediaan berputar dalam operasional.  Secara umum, semakin cepat persediaan berputar akan semakin baik pengaruhnya terhadap operasional.  Hal tesebut dapat berarti bahwa persediaan banyak diambil untuk dijual dan biaya penyimpanan dan pemeliharaan dapat dikurangi.  Biaya – biaya pemeliharaan dan penyimpanan persediaan antara lain yaitu : sewa gudang, asuransi, listrik, alat pendingin / refrigerator, karyawan dan dana yang digunakan untuk membeli persediaan.
            
Food and Beverage Department Income Statement

Star Hotel
For the Years Ended December ,31 , 2008


Food
Beverage

Sales
665.000
152.000



Cost of Sales :


      Beginning Inventory
10.000
4.000
      Purchase
275.000
66.000
      Less : Ending Inventory
(30.000)
(10.000)
Cost Of Goods Used
255.000
60.000
      Less : Employee Meals
(5.000)
(0)
Cost Of Goods Sold
250.000
60.000
Gross Profit
415.000
92.000



Expenses:


      Payroll and Realated Expenses
200.000
45.000
     Other Direct Expenses
60.000
30.000
Total Expenses
260.000
70.000

Departmental Income

155.000
22.000






Food Inventory Turnover
=
Cost of Food Used
=
255.000
=
12,75  kali
Average Food Inventory
20.000


Average Account Receivable
=
Beginning + Ending
=
10.000+30.000
=
20.000
2
2


Perputaran persediaan makanan sebesar 12,75 kali selama satu tahun dapat diartikan bahwa terjadi perputaran pesediaan 1 kali sebulan. Angka tersebut berarti bahwa secara keseluruhan pembelian (pengisian ) persediaan  dilakukan selama sebulan.  Jika standar yang ditetapkan manajemen sebesar 24 kali , maka 12,75 kali < 24 kali, yang berarti tingkat perputaran makanan sangat lambat.  Perputaran makanan yang lambat mengindikasikan bahwa banyak persediaan yang menumpuk di gudang.  
            Sedangkan untuk tingkat perputaran persediaan minuman dari Star Hotel  tahun 2008 dapat dihitung sebagai berikut :


Beverage Inventory Turnover
=
Cost of Bevg. Used
=
60.000
=
8,57  kali
Average Bevg Inventory
7.000



Average Account Receivable
=
Beginning + Ending
=
4.000 +10.000
=
7.000
2
2


            Tingkat perputaran persediaan minuman sebesar 8,57 kali berarti bahwa dalam satu tahun  akan dilakukan pengisian/ pembelian kembali sebanyak 8,57 kali atau setiap 43 hari .  43 hari dihitung dengan cara 365 hari dibagi dengan 8,57.  Tidak semua item beverage  selalu habis terjual  pada periode itu, akan tetapi beberapa item lainnya di-stock kembali pada periode tersebut.  Secara umum, industri hotel yang memiliki  beberapa bar dan  lounge   , beverage inventory turnovernya mencapai 15 kali pertahun atau 1,25 kali perbulan.

Rasio perputaran yang lambat merupakan pemborosan ( persediaan rusak di gudang) atau kualitas menurun , berdampak juga pembiayaan (cost) tinggi karena hanya sebagian yg dapat digunakan....apa saja yng dilakukan manajemen untuk memperbaiki kondisi ini? (kita bahas di perkulihan) 

RASIO PROFITABILITAS

            Rasio Profitabilitas atau Profitability Ratio menggambarkan prestasi dan pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola hotel.  

Margin  Laba (Profit Margin)
            Manajemen sering mengevaluasi kemampuan mereka  dalam menghasilkan laba ( keuntungan)  dari seluruh pendapatan dari penjualan yang dilakukan.   Margin laba dihitung dengan cara  laba bersih ( net income) dibagi dengan total pendapatan ( Total revenue).

Profit Margin
=
Net Income
x
100%
Total Revenue

Profit Margin
=
188.000
x
100%
=
9,12%
2.062.000

Rasio tersebut menunjukkan bahwa Star Hotel memperoleh 9,12% keuntungan bersih dari total pendapatan dari penjualan.  Rasio   tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan rata – rata margin laba industri perhotelan sebesar 5 %.   

Rasio Efisiensi Operasional (Operating  Efficiency  Ratio)
            Operating Efficiency Ratio disebut juga Gross Operating Profit Ratio.  Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen sesungguhnya tanpa dipengaruhi oleh biaya – biaya yang timbul akibat keputusan pemilik atau investor, seperti : penyusutan, bunga pinjaman bank dan asuransi.  Sedangkan, pendapatan dan biaya yang terjadi dalam operasional dari revenue center maupun support center  sepenuhnya dapat dikendalikan manajemen. Sehingga, pengukuran operating efficiency ratio merupakan pengukuran kemampuan manajemen dalam menghasilkan keutungan tanpa dipengaruhi keputusan pemilik.  

Operating Efficiency Ratio
=
 Income Before Fixed Charge
x
100%
Total Revenue

Profit Margin
=
603.000
x
100%
=
29,24 %
2.062.000


Operating Efficiency Ratio sebesar 29,24% menunjukkan bahwa setiap Rp.0,29 dari penjualan Rp.1,- tersedia untuk menutup beban tetap (fixed charge) atau setiap 29,24% dari 100% penjualan tersedia untuk menutup beban tetap. Hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen dapat mengelola pendapatan dan biaya yang terkendali (controllable revenue and expenses), sehingga tersedia 29,24%  untuk menutup beban tetap.

Return On Assets (ROA)
            Return On Assets merupakan ratio yang mengukur seberapa besar keuntungan yang dihasilkan dari penggunaan assets hotel.  ROA diperoleh dengan cara net income dibagi dengan total assets. Rreturn on assets Star Hotel dapat dihitung sebagai berikut :

ROA
=
Net Income
x
100%
Average Total Assets






ROA
=
188.000
x
100%
=
2,23 %
8.402.000


Average Total Assets
=
Beginning + Ending
=
8.394.000 +8.410.000
=
8.402.000
2
2

             
                        

            ROA sebesar 2,23 % menunjukkan bahwa setiap Rp.1 dari assets akan menghasilkan keuntungan  sebesar Rp.0,021 atau dari 100% assets akan menghasikan keuntungan sebersar 2,23% nya.  ROA yang rendah merupakan indikasi bahwa keuntungan yang diperoleh terlalu rendah atau assets yang digunakan tidak dimanfaatkan secara efisien, untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang diharapkan.