ANALISIS BREAK EVEN POINT
Beberapa analisis terdahulu menginformasikan beberapa hal mengenai kondisi operasional perusahaan. Namun demikian, analisis tersebut masih belum mampu menjawab atau memberikan gambaran bagi manajemen mengenai hubungan antara penjualan, biaya dan laba. Informasi tersebut antara lain:
- Berapakah laba bersih yang diperoleh manajemen pada tingkat penjualan tertentu?
- Pada tingkat penjualan berapakah hotel akan mulai mengalami kerugian?
- Berapakah tingkat penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan tingkat laba tertentu?
Titik Impas Usaha
(Break Even Point – BEP)
Manajemen dalam menyusun anggaran selalu merencanakan berapa tingkat penjualan dan laba yang akan diperoleh. Akan tetapi mereka belum tentu menghitung pada tingkat penjualan berapa manajemen mengalami impas. Impas merupakan suatu kondisi dimana Hotel tidak memperoleh laba namun juga tidak mengalami kerugian. Hal tersebut berarti pada titik laba sebesar Rp.0,-. atau Titik Impas Usaha.
Break even analysis adalah tehnik analisis yang digunakan untuk menentukan tingkat penjualan yang diperlukan untuk dapat menutup seluruh biaya yang terjadi pada periode tertentu. Break even point terjadi pada saat Total Penjualan (pendapatan) sama jumlahnya dengan Total Biaya ( Total Revenue = Total Cost). Breakeven dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
Manajemen dalam menyusun anggaran selalu merencanakan berapa tingkat penjualan dan laba yang akan diperoleh. Akan tetapi mereka belum tentu menghitung pada tingkat penjualan berapa manajemen mengalami impas. Impas merupakan suatu kondisi dimana Hotel tidak memperoleh laba namun juga tidak mengalami kerugian. Hal tersebut berarti pada titik laba sebesar Rp.0,-. atau Titik Impas Usaha.
Break even analysis adalah tehnik analisis yang digunakan untuk menentukan tingkat penjualan yang diperlukan untuk dapat menutup seluruh biaya yang terjadi pada periode tertentu. Break even point terjadi pada saat Total Penjualan (pendapatan) sama jumlahnya dengan Total Biaya ( Total Revenue = Total Cost). Breakeven dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
Langkah –langkah penghitungan titik impas sebagai berikut:
a.
Mengidentifikasi dan menghitung
Biaya Variabel dan Biaya Tetap.
b.
Menyusun Laporan Laba Rugi
Kontribusi ( Contribution Income Statement)
c.
Melakukan analisis Break even
point (Cost Volume Profit – CPV) .
Biaya Variabel dan Biaya Tetap
Biaya Variabel dan Biaya Tetap
Biaya Variabel
merupakan biaya yang jumlahnya berubah – ubah mengikuti tinggi rendahnya
tingkat penjualan. Misalkan biaya bahan
makanan (Food Cost) , jumlah ini berubah –ubah sesuai dengan tingkat penjualan
yang terjadi.
Biaya Tetap merupakan biaya yang jumlahnya relatif
tetap tidak berubah-ubah mengikuti jumlah penjualan. Misalkan biaya gaji karyawan, penyusutan, dan
biaya sewa bangunan, biaya ini tetap harus dibayarkan pada jumlah tertentu,
berapapun tingkat penjualan yang terjadi.
Beberapa biaya yang terjadi dapat saja berupa kombinasi antara Biaya Variabel dan Biaya Tetap, disebut Biaya Semi Variabel. Dalam perhitungan analisis impas Biaya Semivariabel harus dipisahkan menjadi Biaya Tetap dan Biaya Variabel. Ada Tiga metode yaitu: The High/ Low Two Point Method, The Scatter Diagram dan Regression Analysis ( USAH,1991:174). Metode tersebut dapat dibaca pada buku Hospitality Industry Managerial Accounting, 3d Ed, by Raymond Cote S. Schmidgall yang dipublikasikan oleh AHMA. Berikut ini diberikan contoh Laporan Laba Rugi Hotel dengan asumsi hanya terdapat satu departemen Kamar untuk memudahkan pemahaman analisis impas :
Income
Statements
Asteroid
Hotel
For the years ended December 31, 2005
Rp.(000,-)
|
Cost
|
VC
|
FC
|
|
Rooms:
|
||||
Revenue
|
4.200.000
|
|||
Payroll and Related Costs
|
(900.000)
|
FC
|
900.000
|
|
Other Direct Operating
Expenses
|
(500.000)
|
VC
|
500.000
|
|
Departmental Income
|
2.800.000
|
|||
Undistributed Operating Expenses :
|
||||
Administrative and General
|
320.000
|
FC
|
320.000
|
|
Marketing
|
250.000
|
FC
|
250.000
|
|
Property Operation &
Maintenance
|
370.000
|
SV*
|
120.000
|
250.000
|
Energy Costs
|
510.000
|
SV*
|
460.000
|
50.000
|
1.450.000
|
||||
Income Before Fixed Charges
|
1.350.000
|
|||
Fixed Charge:
|
||||
Rent, insurance, interest,
depreciation
|
450.000
|
FC
|
450.000
|
|
Net Income
|
900.000
|
|||
Total
|
1.080.000
|
2.220.000
|
Kapasitas
Hotel: 100 rooms,rooms available : 36.500 per year, actual rooms sold
for year 28.000 rooms. Room Occupancy 77%, and Average room rate = Rp.150.000,-/ rooms night
Dalam contoh ini diasumsikan biaya
untuk Semi Variabel Cost, sebagai berikut:
- Property and Operation, merupakan
Semi Variabel Cost, diasumsikan meskipun tanpa ada kegiatan produksi,
biaya di Engineering Department tetap dikeluarkan misalnya: Gaji Karyawan
A&G, Alat tulis, cetakan. Diasumsikan biaya tetap sebesar Rp. 250.000.000,-
- Energy Cost, merupakan semivariabel cost, diasumsikan meskipun tanpa ada kegiatan produksi, beban listrik dan air harus dibayarkan. Biaya Tetap diasumsikan sebesar Rp.50.000.000,-
Contribution Margin
Dalam analisis
Break Even (impas) , setelah diidentitifikasikan biaya variabel dan biaya tetap
, langkah selanjutnya menyusun Laporan Laba Rugi Kontribusi ( Contribution
Income Statement). Laporan Laba Rugi Kontribusi untuk mengetahui jumlah
laba pada volume operasional. Manajemen
tidak perlu menyusun laporan laba rugi secara lengkap (full costing) seperti
format di atas. Berikut ini disajikan
Laporan Laba Rugi Kontribusi:
Contribution Income Statement
Asteroid
Hotel
For the years ended December 31, 2008
(Rp.000)
2008
(Rp)
|
%
|
|
Total Pendapatan
|
4.200.000
|
100
|
Biaya Variabel
|
(1.080.000)
|
25,71
|
Contribution Margin
|
3.120.000
|
74,29
|
Biaya Tetap
|
(2.220.000)
|
52,86
|
Laba Bersih
|
900.000
|
21,43
|
Contribution Margin
menunjukkan jumlah lebih Penjualan (Pendapatan) di atas Biaya Variabel, yang
tersedia untuk digunakan menutup Biaya Tetap.
Penentuan Titik Impas
Telah diuraikan bahwa tujuan analisis ini untuk menentukan volume
penjualan baik dalam jumlah rupiah maupun unit pada tingkat laba sebesar Rp.0,-. Atau tidak laba, namun juga tidak rugi.
Berdasarkan Laporan Laba Rugi Kontribusi diatas Contribution Margin
(CM) dapat dihitung sebagai berikut:
CM = S – V
Dan dapat
dirumuskan Contribution Margin Ratio (CMR)
terhadap penjualan:
CM Ratio
|
=
|
CM / S
|
Dengan persamaan tersebut , tingkat penjualan yang diperlukan untuk
mencapai laba yang ditargetkan dapat ditentukan sebagai berikut:
ditargetkan dapat ditentukan sebagai berikut:
Sales (unit)
|
=
|
F + I
|
CM per unit
|
dan
Sales (rupiah)
|
=
|
F + I
|
CMR
|
dimana:
S = Sales; V = Biaya Variabel; F = Biaya Tetap; I = Laba yang diinginkan
Berdasarkan rumus tersebut, jika dicari titik impas usaha maka laba
sama dengan Rp.0,- atau I = Rp.0,-. Dari contoh laporan laba rugi di atas,
dapat dihitung titik impas usaha
hotel Asteroid sebagai berikut:
a. Titik Impas Dalam Unit
Kamar Terjual:
Harga kamar : Rp. 150.000.,-
Biaya Variable pe kamar = Rp.150.000,- x 25,71% =
Rp.38.565,-
BEP – Unit Kamar Terjual
|
=
|
2.220.000.000 + Laba Rp.0,-
|
150.000 - 38.565
|
BEP – Unit Kamar Terjual =
19.742 Kamar atau pada tingkat occupancy 54 %
( dihitung : 19.742 ÷ 36.500 x 100%).
- Titik Impas Penjualan Kamar (dalam rupiah):
Perlu dihitung contribution margin ratio (CMR) terlebih
dahulu sebagai berikut:
CM Ratio
|
=
|
3.120.000.000
|
=
|
0,74
|
4.200.000.000
|
BEP - Penjualan Kamar (rupiah)
|
=
|
2.220.000.000
+ Laba Rp.0,-
|
0,74
|
BEP - Penjualan Kamar (rupiah)
= Rp. 3.000.000.000,-
Dengan demikian manajemen harus mampu mencapai penjualan
sebesar Rp.3.000.000.000,- jika tidak ingin mengalami kerugian ( kondisi impas)
Batas tingkat penurunan penjualan
kamar, agar hotel tidak mengalami kerugian.
Mananjemen dapat mengembangkan informasi berdasarkan analisis titik
impas usaha untuk mengetahui jumlah penurunan tingkat penjualan yang masih
dalam batas aman ( margin of safety) .
Margin of safety menunjukkan berapa banyak batas penurunan penjualan kamar yang
direncanakan ( di anggarkan) oleh manajemen, namun hotel tidak mengalami
kerugian. Margin of safety dinyatakan dalam
prosentase terhadap penjulan ( M/S Ratio), dihitung sebagai berikut:
M/S Ratio
|
=
|
Anggaran Penjualan - Penjualan Impas
|
x
|
100%
|
Anggaran Penjualan
|
Dalam contoh di atas, misalkan manajemen pada tahun berikutnya
menargetkan penjualan sebesar Rp.4.400.000.000,-maka dapat menentukan seberapa batas penurunan penjualan yang diperkenankan
agar tidak mengalami kerugian.
M/S Ratio
|
=
|
4.400.000 - 3.000.000
|
x
|
100%
|
4.400.000
|
M/S Ratio =
32%
M/S Ratio sebesar 32% , menunjukkan bahwa agar manajemen tidak rugi
batas penurunan penjualan tidak
boleh melebihi 32 % atau penjualan
minimal harus tercapai 68% agar perusahaan tidak rugi.
Dalam menggunakan analisis impas ini, manajemen harus dapat memahami
beberapa hal berikut ini:
1.
Perubahan pada harga kamar dan
unit kamar terjual akan mengakibatkan perubahan titik impas .
2.
Perubahan biaya variable dan/
atau biaya tetap akan mengakibatkan perubahan
titik impas.
1.
Apabila harga kamar berubah, bagaimana perubahan tersebut
mempengaruhi jumlah kamar yang harus dijual pada tingkat laba tertentu?
2.
Bagaimana jika biaya variable
berubah, berapa banyak penjualan yang harus dicapai?
3.
Bagaimana jika biaya Tetap
berubah, berapa banyak penjualan yang harus dicapai?
Untuk menjawab beberapa permasalahan tersebut akan
dibahas selanjutnya.
Keterbatasan Analisis Dalam Usaha Hotel
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penggunaan analisa titik impas
usaha dalam operasional suatu hotel.
Dalam suatu hotel pendapatan berasal dari berbagai unit usaha dengan
berbagai jenis produk, demikian pula dengan biayanya, misal: Room, Food and
Beverage, Telephon, Laundry dan Recreation.
Tiap – tiap unit usaha mempunyai biaya tersendiri, disamping biaya yang
digunakan secara bersama – sama antar unit usaha (joint cost). Biaya bersama (joint cost) merupakan
operasional hotel secara keseluruhan. Sehingga biaya bersama baik yang bersifat
variable maupun tetap tidak dapat dialokasikan kebeberapa departemen unit
usaha. Tidak ada tehnik yang tepat untuk
mengalokasikan secara tepat biaya tersebut ke tiap – tiap unit usaha. Sebagai konsekuensi, analisis titik impas usaha
(BEP) tidak dapat digunakan untuk menghitung tiap – tiap unit usaha. Keputusan manajemen mengenai hal ini
hanya dapat dilakukan pada skala hotel
secara keseluruhan, bukan pada tiap – tiap unit usaha (Cliffort T.Fay,et.all:
1986:262). Langkah alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi kelemahan tersebut yaitu dengan menggunakan metode common size.
TUGAS: analisis BEP
TUGAS: analisis BEP