ANALISIS BREAK EVEN POINT


ANALISIS BREAK EVEN POINT


           
Beberapa analisis terdahulu menginformasikan beberapa hal mengenai kondisi operasional perusahaan.  Namun demikian, analisis tersebut masih belum mampu menjawab atau memberikan gambaran bagi manajemen  mengenai hubungan antara penjualan, biaya dan laba.  Informasi tersebut antara lain:



  1. Berapakah laba bersih yang diperoleh manajemen pada tingkat penjualan tertentu?
  2. Pada tingkat penjualan berapakah hotel akan mulai mengalami kerugian?
  3. Berapakah tingkat penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan tingkat laba tertentu?

     Informasi tersebut kemungkinan dapat diperoleh manajemen melalui analisis hubungan antara penjualan ,   biaya dan laba atau sering disebut Analisis Impas Usaha yang sering dikenal dengant dengan Break Even Point (BEP) Analysis atau Cost Volume Profit (CVP) Analysis.



Titik Impas Usaha (Break Even Point – BEP)
Manajemen  dalam menyusun anggaran selalu merencanakan berapa tingkat penjualan dan laba  yang akan diperoleh.  Akan tetapi mereka  belum tentu menghitung pada tingkat penjualan berapa  manajemen mengalami impas.  Impas merupakan suatu kondisi dimana Hotel tidak memperoleh laba namun juga tidak mengalami kerugian.  Hal tersebut berarti pada titik laba sebesar Rp.0,-. atau Titik Impas Usaha.

Break even analysis adalah tehnik  analisis yang digunakan  untuk menentukan tingkat  penjualan yang diperlukan untuk dapat menutup  seluruh biaya yang terjadi pada periode tertentu. Break even point terjadi  pada saat Total Penjualan (pendapatan) sama jumlahnya dengan Total Biaya ( Total Revenue = Total Cost).  Breakeven dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut:


            



Langkah –langkah penghitungan titik impas sebagai berikut:
a.       Mengidentifikasi dan menghitung Biaya Variabel dan Biaya Tetap.
b.      Menyusun Laporan Laba Rugi Kontribusi ( Contribution Income Statement)
c.       Melakukan analisis Break even point (Cost Volume Profit – CPV) .

Biaya Variabel dan Biaya Tetap
Biaya Variabel merupakan biaya yang jumlahnya berubah – ubah mengikuti tinggi rendahnya tingkat penjualan.  Misalkan biaya bahan makanan (Food Cost) , jumlah ini berubah –ubah sesuai dengan tingkat penjualan yang terjadi. 
Biaya  Tetap merupakan biaya yang jumlahnya relatif tetap tidak berubah-ubah mengikuti jumlah penjualan.  Misalkan biaya gaji karyawan, penyusutan, dan biaya sewa bangunan, biaya ini tetap harus dibayarkan pada jumlah tertentu, berapapun tingkat penjualan yang terjadi. 

Beberapa biaya yang terjadi dapat saja berupa kombinasi antara Biaya Variabel dan Biaya Tetap, disebut Biaya Semi Variabel.  Dalam perhitungan analisis impas Biaya Semivariabel harus dipisahkan menjadi Biaya Tetap dan Biaya Variabel.  Ada Tiga metode yaitu: The High/ Low  Two Point Method,  The Scatter Diagram dan Regression Analysis ( USAH,1991:174).  Metode tersebut dapat dibaca pada buku Hospitality Industry Managerial Accounting, 3d Ed, by Raymond Cote S. Schmidgall yang dipublikasikan oleh AHMA.  Berikut ini diberikan contoh Laporan Laba Rugi Hotel dengan asumsi hanya terdapat satu departemen Kamar untuk memudahkan pemahaman analisis impas :

Income Statements
Asteroid  Hotel
For the years ended December 31,  2005

 

Rp.(000,-)
Cost
VC
FC
Rooms:




   Revenue
4.200.000



   Payroll and Related Costs
(900.000)
FC

900.000
   Other Direct Operating Expenses
(500.000)
VC
500.000

Departmental Income
2.800.000



Undistributed Operating Expenses :




   Administrative and General
320.000
FC

320.000
   Marketing
250.000
FC

250.000
   Property Operation & Maintenance
370.000
SV*
120.000
250.000
   Energy Costs
510.000
SV*
460.000
50.000

1.450.000



Income Before Fixed Charges

1.350.000



Fixed Charge:




   Rent, insurance, interest, depreciation
450.000
FC

450.000

Net Income

900.000



 

Total

1.080.000
2.220.000
  Kapasitas Hotel: 100 rooms,rooms available : 36.500 per year,  actual  rooms sold  for year 28.000 rooms. Room Occupancy 77%, and  Average room rate = Rp.150.000,-/ rooms night
Dalam contoh ini diasumsikan biaya  untuk Semi Variabel Cost, sebagai berikut:
  1. Property and Operation, merupakan Semi Variabel Cost, diasumsikan meskipun tanpa ada kegiatan produksi, biaya di Engineering Department tetap dikeluarkan misalnya: Gaji Karyawan A&G, Alat tulis, cetakan. Diasumsikan  biaya tetap sebesar Rp. 250.000.000,-
  2. Energy Cost, merupakan semivariabel cost, diasumsikan meskipun tanpa ada kegiatan produksi, beban listrik dan air harus dibayarkan.  Biaya Tetap diasumsikan sebesar Rp.50.000.000,-

Contribution Margin
            Dalam analisis Break Even (impas) , setelah diidentitifikasikan biaya variabel dan biaya tetap , langkah selanjutnya menyusun Laporan Laba Rugi Kontribusi ( Contribution Income Statement).  Laporan  Laba Rugi Kontribusi untuk mengetahui jumlah laba pada volume operasional.  Manajemen tidak perlu menyusun laporan laba rugi secara lengkap (full costing) seperti format di atas.  Berikut ini disajikan Laporan Laba Rugi Kontribusi:

Contribution Income Statement
Asteroid  Hotel
For the years ended December 31,  2008           (Rp.000)

2008
(Rp)
%

Total  Pendapatan

4.200.000
100



Biaya Variabel
(1.080.000)
25,71
Contribution Margin
3.120.000
74,29



Biaya Tetap
(2.220.000)
52,86
Laba Bersih
900.000
21,43

Contribution Margin menunjukkan jumlah lebih Penjualan (Pendapatan) di atas Biaya Variabel, yang tersedia untuk digunakan menutup Biaya Tetap. 

Penentuan Titik Impas
Telah diuraikan bahwa tujuan analisis ini untuk menentukan volume penjualan baik dalam jumlah rupiah maupun unit pada tingkat laba  sebesar Rp.0,-.  Atau tidak laba, namun juga tidak rugi.  
Berdasarkan Laporan Laba Rugi Kontribusi diatas Contribution Margin (CM) dapat dihitung sebagai berikut:
CM = S – V
Dan dapat dirumuskan Contribution Margin Ratio  (CMR) terhadap penjualan:
CM Ratio
=    
CM / S


Dengan persamaan tersebut , tingkat penjualan yang diperlukan untuk mencapai laba yang ditargetkan dapat ditentukan sebagai berikut:
ditargetkan dapat ditentukan sebagai berikut:
Sales (unit)
=
F  +  I
CM per unit
dan
Sales (rupiah)
=
F  +  I
CMR
 dimana:

S  =  Sales; V = Biaya Variabel; F = Biaya Tetap; I = Laba yang diinginkan

Berdasarkan rumus tersebut, jika dicari titik impas usaha maka laba sama dengan Rp.0,- atau I = Rp.0,-. Dari contoh laporan laba rugi di atas, dapat dihitung titik impas usaha hotel Asteroid sebagai berikut:
a.  Titik Impas Dalam Unit Kamar Terjual:
Harga kamar : Rp. 150.000.,-
Biaya Variable pe kamar = Rp.150.000,- x 25,71% = Rp.38.565,-
BEP – Unit  Kamar Terjual
=
2.220.000.000 + Laba Rp.0,-
150.000 - 38.565



BEP – Unit Kamar Terjual =   19.742 Kamar  atau pada tingkat occupancy 54 % 
( dihitung : 19.742 ÷ 36.500 x 100%).

  1. Titik Impas Penjualan  Kamar (dalam rupiah):
Perlu dihitung contribution margin ratio (CMR) terlebih dahulu sebagai berikut:
CM Ratio
=
3.120.000.000
=
0,74
4.200.000.000

BEP -  Penjualan Kamar  (rupiah)
=
2.220.000.000 + Laba Rp.0,-
0,74

            BEP -  Penjualan Kamar  (rupiah)  =  Rp.  3.000.000.000,-
Dengan demikian manajemen harus mampu mencapai penjualan sebesar Rp.3.000.000.000,- jika tidak ingin mengalami kerugian ( kondisi impas)

Batas tingkat penurunan penjualan kamar, agar hotel tidak mengalami kerugian.
Mananjemen dapat mengembangkan informasi berdasarkan analisis titik impas usaha untuk mengetahui jumlah penurunan tingkat penjualan yang masih dalam batas aman ( margin of safety) .  Margin of safety menunjukkan berapa banyak  batas penurunan penjualan kamar yang direncanakan ( di anggarkan) oleh manajemen, namun hotel tidak mengalami kerugian.  Margin of safety dinyatakan dalam prosentase terhadap penjulan ( M/S Ratio), dihitung sebagai berikut:

M/S Ratio
=
 Anggaran Penjualan  - Penjualan Impas
x
100%
 Anggaran Penjualan

Dalam contoh di atas, misalkan manajemen pada tahun berikutnya menargetkan penjualan sebesar Rp.4.400.000.000,-maka  dapat menentukan seberapa  batas penurunan penjualan yang diperkenankan agar tidak mengalami kerugian.

M/S Ratio
=
4.400.000  - 3.000.000
x
100%
 4.400.000

                     M/S  Ratio =   32%
M/S Ratio sebesar 32% , menunjukkan bahwa agar manajemen tidak rugi batas penurunan penjualan tidak boleh melebihi 32 % atau  penjualan minimal harus tercapai 68% agar perusahaan tidak rugi.
Dalam menggunakan analisis impas ini, manajemen harus dapat memahami beberapa hal berikut ini:
1.        Perubahan pada harga kamar dan unit kamar terjual akan mengakibatkan perubahan titik impas .
2.        Perubahan biaya variable dan/ atau biaya tetap akan mengakibatkan perubahan  titik impas.
Ada beberapa kemungkinan yang menjadi  permasalahan jika terjadi perubahan – perubahan tersebut, misalnya:
1.        Apabila harga kamar  berubah, bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi jumlah kamar yang harus dijual pada tingkat laba tertentu?
2.        Bagaimana jika biaya variable berubah, berapa banyak penjualan yang harus dicapai?
3.        Bagaimana jika biaya Tetap berubah, berapa banyak penjualan yang harus dicapai?

Untuk menjawab beberapa permasalahan tersebut akan dibahas selanjutnya.

 Keterbatasan Analisis Dalam Usaha Hotel
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penggunaan analisa titik impas usaha dalam operasional suatu hotel.  Dalam suatu hotel pendapatan berasal dari berbagai unit usaha dengan berbagai jenis produk, demikian pula dengan biayanya, misal: Room, Food and Beverage, Telephon, Laundry dan Recreation.  Tiap – tiap unit usaha mempunyai biaya tersendiri, disamping biaya yang digunakan secara bersama – sama antar unit usaha (joint cost).  Biaya bersama (joint cost) merupakan operasional hotel secara keseluruhan. Sehingga biaya bersama baik yang bersifat variable maupun tetap tidak dapat dialokasikan kebeberapa departemen unit usaha.  Tidak ada tehnik yang tepat untuk mengalokasikan secara tepat biaya tersebut ke tiap – tiap unit usaha.  Sebagai konsekuensi, analisis titik impas usaha (BEP) tidak dapat digunakan untuk menghitung tiap – tiap unit usaha.  Keputusan manajemen mengenai hal ini hanya  dapat dilakukan pada skala hotel secara keseluruhan, bukan pada tiap – tiap unit usaha (Cliffort T.Fay,et.all: 1986:262).  Langkah alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi kelemahan tersebut yaitu dengan menggunakan metode common size.

TUGAS: analisis BEP